BAB
1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ternak sapi perah memegang peranan penting dalam penyediaan
gizi bagi masyarakat. Produk utama yang dihasilkan dari ternak sapi perah
adalah susu. Susu merupakan cairan bukan kolostrum yang dihasilkan dari proses pemerahan
ternak perah, baik sapi, kambing maupun kerbau secara kontinyu dan tidak
merubah komponennya sebagai bahan pangan yang sehat. Susu sapi merupakan susu
yang sebagian besar dikonsumsi oleh manusia, karena kandungan zat gizinya dapat
diserap sempurna oleh tubuh. Oleh karena itu, ada makanan empat sehat lima
sempurna, dan untuk mendapatkan sempurna itu harus melalui susu.
Pertumbuhan populasi sapi perah dari tahun - ketahun
rata-rata meningkat, akan tetapi peningkatannya tidak setinggi pada ternak unggas.
Saat ini dibutuhkan suatu metode yang tepat dalam membangun subsektor
peternakan khususnya mengenai komoditas sapi perah. Karena sebagian besar susu
dihasilkan dari pulau jawa, sehingga pengembangan didaerah luar jawa sangat
potensial untuk dikembangkan.
Pengembangan sapi perah dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan produktivitas sapi perah baik dari segi teknis maupun dari segi
ekonomis. Produktivitas ternak sapi perah harus dipacu untuk dapat
ditingkatkan, diantaranya manajemen reproduksi dan manajemen pakan. Hal
tersebut dikarenakan besarnya produksi susu ditentukan oleh keberhasilan
program-program reproduksi dan manajemen pakan yang balance (seimbang) baik
dari segi kuantitas maupun kualitas.
Manajemen reproduksi yang baik harus mempertimbangkan beberapa
hal, diantaranya adalah masa kering, service period, lama laktasi, calving
interval, service per conception maupun umur beranak. Salah satu masalah yang
masih menjadi kendala pada peternak Indonesia adalah masih kurang
diperhatikannya service period. Umumnya peternak kita service periodnya sekitar
4 bulan, padahal standar untuk mendapatkan produksi susu yang optimal dan
terjadi kontinyuitas produksi service period dipatok 2 bulan. Ini akan menjadi
tugas bagi kita semua untuk dapat membenahi manajemen reproduksi pada ternak
sapi perah.
Kandang harus dibersihkan setiap
hari secara teratur terutama lantai kandang, bak pakan dan bak minum. Sapi
perah yang sedang laktasi memerlukan tingkat kebersihan yang lebih baik agar
air susu yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik pula. Terutama pada waktu
akan mengadakan pemerahan, kandang dan peralatan harus dibersihkan terlebih
dahulu sebab air susu mudah sekali menyerap bau-bauan. Oleh karena itu
diperlukan air yang cukup banyak untuk penyediaan air minum, memandikan sapi,
membersihkan kandang, dan peralatan persusuan.
Kebersihan
lingkungan adalah faktor utama dalam peternakan sapi perah, bahkan pembibtan
(breeding farm) harus bebas dari penyakit hewan menular. Hal tersebut tentunya
untuk menjamin kualitas bibit yang dihasilkan dan mencegah bibit menjadi
carrier dari penyakit tertentu apabila disebarkan ke pengguna bibit.
Lantai sebagai
tempat berpijak dan berbaring sapi sepanjang waktu harus benar-benar memenuhi
syarat: keras (dalam arti tahan injak), rata, tidak licin, tidak mudah menjadi
lembab. Lantai yang memenuhi syarat akan menjamin kehidupan sehingga proses
fisis biologis seperti memamah-biak, bernafas dan lain sebagainya akan berjalan
dengan normal. Lantai yang rata dan tidak tajam akan membuat sapi dapat berdiri
tegak, berbaring secara bebas, dan nyaman. Lantai yang
kasar atau tajam dapat menimbulkan kulit menjadi lecet sehingga mudah dimasuki
organisme atau kuman ke dalam tubuh sapi. Sebaliknya, lantai yang licin dapat
menyebabkan sapi mudah tergelincir. Lantai yang selalu lembab dan becek dapat
mengganggu pernafasan sapi dan menjadi sarang kuman. Supaya air mudah mengalir
atau kering, lantai kandang harus diupayakan miring. Kemiringan lantai kandang
2-3 cm.
Kandang ternak
memiliki peranan yang sangat penting didalam usaha pengolahan ternak perah.
Dengan adanya kandang pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan bagi
peternakan sedikitnya dapat denetralisir melalui konstruksi kandang yang tepat. Konstruksi
kandang yang baik tidak akan ada manfaatnya jika kandang tersebut tidak pernah
dibersihkan baik kesehatan ternak maupun kesehatan pengelolaannya.
Sudah disebutkan pula bahwa susu sangat mudah menyerap
bau-bauan maupun bahan kimia. Untuk hal ini lah kebersihan lingkungan sangat
diperhatikan, khususnya kebersiahn kandang. Mengingat pentingnya arti
kebersihan kandang terhadap produksi susu yang dihasilkan, maka kebersihan
kandang itu perlu diketahui koleh mahasiswa peternakan.
1.2. Tujuan
Tujuan dilakasanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui
pengaruh, kebersihann kandang terhadap kebersihan susu yang dihasilkan serta
merumuskan masalah-masalah yang mungkin ada. Serta ingin mengetahui rata-rata
lama lantai
kandang
dibersihkan setiap
hari. Praktikum pembersihan kandang ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam hal perkandangan sapi perah,
khususnya masalah kebersihan kandang dalam usaha ternak per hari.
1.3.
Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari
praktikum ini adalah untuk menambah pengalaman, wawasan dan ilmu pengetahuan
mengenai penerapan manajemen pemeliharaan ternak sapi perah jenis PFH
(Peranakan Friesian Holstein).
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Setiap bangsa sapi mempunyai kemampuan yang berbeda-beda
dalam hal produksi susu dan kadar lemak susu. Berdasarkan produksi susu (volume
produksi) secara berurutan dari produksi yang paling tinggi sampai yang paling
rendah adalah Fries Hollands, Brown Swiss, Red Polled, Ayrshire, Guernsey, Red
Danish, Jersey, dan Milking Shorthorn. Berdasarkan kadar lemak secara berurutan
dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah yaitu Jersey, Guernsey, Red
Danish, Ayrshire, Brown Swiss, Milking Shorthorn, Red Polled, dan Fries
Hollands, sedangkan untuk jumlah produksi lemak yang dihasilkan secara
berurutan antara lain Fries Holland, Brown Swiss, Jersey, Guernsey, Ayrshire,
Red Danish, Red Polled, dan Milking Shorthorn (Makin, 2011).
Sapi perah asli tropika menurut Murti (2007), terdiri dari
sapi Damaskus, sapi Gir, sapi Ongole, dan sapi Sahiwal. Sapi perah asal subtropika
terdiri dari sapi Friesian Holstein (FH), sapi Jersey, Guernsey, Ayrshire, dan
sapi Brown Swiss. Sapi perah hasil persilangan yaitu sapi Australian Friesian
Sahiwal (AFS), sapi Australian Milking Zebu (AMZ), sapi Jamaica Hope (JH), dan
Karan Swiss. Sapi Damaskus berukuran sedang dengan tubuh tipis, warna kulit
tubuh cerah kemerahan sampai coklat tua, produksi susu antara 1500 sampai 3000
kg per 200 sampai 300 hari laktasi. Sapi Gir berwarna putih dengan bintik merah
gelap atau coklat merata ditubuh, menghasilkan susu sebanyak 1200 sampai 1800
kg per laktasi selama 240 sampai 380 hari. Sapi Ongole dikenal sebagai ternak
pekerja namun juga dapat menghasilkan susu sampai 1500 kg per laktasi selama
300 sampai 330 hari. Sapi Sahiwal berwarna merah pucat kadang ada garis putih,
produksi susu antara 1400 sampai 2500 kg per laktasi.
Sapi Jersey berwarna coklat, susu berwarna kuning karena
kandungan karotennya tinggi serta presentase lemak dan bahan padatnya juga
tinggi. Sapi Guernsey berwarna coklat muda dengan totol-totol putih yang nampak
jelas. Sapi Guernsey produksi susu dengan warna kuning yang mencerminkan kadar
karoten yang tinggi (karoten adalah pembentuk atau prekursor vitamin A). Sapi
Ayrshire memiliki pola warna yang bervariasi dari merah dan putih sampai warna
mahagoni dan putih. Sapi Brown Swiss memiliki warna yang bervariasi mulai dari
coklat muda sampai coklat gelap.Sapi ini dikembangkan untuk tujuan produksi
keju dan daging, serta produksi susunya dalam jumlah besar dengan kandungan
bahan padat dan lemak yang relatif tinggi (Blakely dan Bade, 2008).
Anatomi dan fisiologi saluran pencernaan sapi perah yang
diamati pada saat praktikum adalah alat prehension dari sapi perah.Alat
prehension dari sapi perah adalah lidah. Lidah pada sapi perah berfungsi untuk
mengambil pakan yang akan dimakan sapi tersebut. Lidah dari sapi perah
mempunyai tekstur yang kasar dan pakan yang dimakan adalah hijauan dan
konsentrat. Lidah sapi mempunyai ciri-ciri panjang, kuat, bertekstur kasar,
mudah ditekuk dan mudah digerakkan. Lidah merupakan alat prehension atau alat
untuk mengambil pakan pada sapi (Bath et all, 2005).
Ambing sapi terdiri dari empat bagian. Kulit ambing ditutupi
rambut halus tetapi puting sama sekali tidak tertutup rambut. Tiap bagian itu
dilihat dari segi jaringan kelenjarnya, merupakan kesatuan yang terpisah.
Separuh bagian kanan dan separuh bagian kiri, masing-masing satu kuarter
(seperempat bagian) cranial ambing (depan) dan satu kuarter caudal ambing
(belakang), dan masing-masing bagian tersebut lebih kurang merupakan kesatuan
sendiri-sendiri. Separuh bagian ambing yang satu tidak tergantung pada separuh
bagian ambing yang lain, khususnya dalam hal suplai darah, saraf dan aparatus
suspensoris (Frandson, 2002).
Keluarnya air susu dipengaruhi oleh hormon oxytocin.
Hormon Oxitocin mempengaruhi sel-sel epitel otot (myoepithekium)
dan menyebabakan kontraksi pada sel-sel tersebut. Ambing kencang dan menurunkan
susu (Let Down of Milk) disebabkan oleh kontraksi di atas. Hormon
tersebut dikeluarkan ke dalam peredaran darah apabila ada rangsangan-rangsangan
yang diterima oleh hewan dari petugas perah (Blakely dan Bade, 2008).
Ambing terdiri dari bagian-bagian kecil dari jaringan
sekretorik yang tersusun dari alveoli. Sejumlah alveoli bergabung menjadi satu
oleh satu saluran dan terbungkus oleh jaringan ikat membentuk satu lobulus.
Sejumlah lobulus bergabung menjadi satu membentuk lobus, diantaranya jaringan
sekretorik terdapat jaringan ikat. Jaringan ikat ambing lebih banyak
dibandingkan jaringan sekretorik, ambing tersebut adalah ambing daging, jika
sebaliknya disebut ambing (Prihadi, 1997).
Susu terbentuk dalam alveolus dan jaringan sekretorik akan
dikeluarkan melalui saluran kapiler menuju kedalam lobulus dan selanjutnya
terkumpul dalam lobus. Susu dari lobus melalui saluran-saluran yang akhirnya
bergabung menjadi salurn induk dialirkan menuju sistem ambing yang terdapat di
atas puting. Ujung puting sapi hanya mempunyai satu lubang (Soetarno, 2004).
Ukuran dan bentuk kelenjar susu berbeda-beda dan sangat dipengaruhi
oleh kemampuan produksi, umur ternak, dan faktor genetik yang diturunkan oleh
induknya (Prihadi, 2001). Sapi perah yang produksi susunya tinggi memiliki
sistem mamae yang besar, ambing melekat mantap, putingnya terletak pada keempat
sudut bujur sangkar uniform atau seragam, pembuluh venanya menonjol karena
jumlah darah yang dibutuhkan untuk produksi serta bentuk dan ukuran putting
kurang bagus, (Blakely dan Bade, 2008).
Proses pemerahan ada 3 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan,
dan penyelesaian. Tahap persiapan yaitu disiapkan lingkungan pemerahan yang
bebas dari kondisi yang dapat, menyebabkan stres, pemerahan dilakukan di tempat
yang bersih, beratap, dan berlantai semen lalu ambing dan tangan pemerah harus
dicuci sebelum pemerahan, semua peralatan pemerahan harus disiapkan, apabila
ada sapi yang terkena mastitis harus diperah paling akhir untuk menghindari
penularan pada sapi sehat. Tahap pelaksanaan pemerahan yaitu apabila putingnya
silindris pemerahan dengan 5 jari, apabila membutuhkan pelicin menggunakan
vaselin putih, selama diperah sapi tidak perlu diberi pakan agar sapi tenang,
lama pemerahan diselesaikan dalam waktu 7 menit karena pengaruh sekresi
oksitosin sangat singkat. Tahap penyelesaian pemerahan : setelah pemerahan
selesai, ambing dan lantai dicuci dengan air sampai bersih, dilakukan deeping,
susu ditakar dan dicatat, alat penampung susu harus dibersihkan dengan baik dan
dikeringkan dengan meletakkan posisi terbalik (Soetarno, 2004).
Kandang
pedet diketahui panjang kandang 12,21 m, lebar 4,65 m, tinggi 3 m, panjang
tempat pakan 55 cm, lebar 27 cm, dan tinggi 25 cm. Menurut Soetarno (2004),
ukuran kandang individu (pedet ) adalah lebar 100 cm, panjang 200 cm, dan
tinggi 125 cm. Masing-masing diberi rak kecil untuk tempat pakan denan ukuran lebar
20 cm, panjang 25 cm, dan tinggi 15 cm.
Kandang sapi dara mempunyai ukuran panjang 1050 cm, lebar 780
cm dan tinggi 265 cm sedangkan tempat pakannya mempuyai ukuran panjang 85 cm,
lebar 6 cm dan tinggi 45 cm. Kandang sapi dara dapat menggunakan dengan kandang
laktasi individu. Kandang sapi terdiri dari dua macam yaitu kandang tambat dan
bebas. Kandang tambat yaitu sapi-sapi ditambatkan pada suatu tonggak yang
berada di dalam kandang dan umumnya dilengkapi dengan tempat makan dan minum
serta pembuangan air buangan dan temapt penampungan kotoran. Kandang bebas
yaitu sapi dapat gerak bebas ke tempat istirahat, ke tampat makan dan tempat
pemerahan. Kandang ini terdiri dari beberapa unit yaitu untuk makan, minum,
jalan-jalan, tempat istirahat, tempat penyimpanan bantalan tidur dan tempat
pemerahan (Soeparjo, 2004).
Menurut Siregar (2002), ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran
kandang sapi perah induk adalah panjang dan lebar untuk satu tempat sapi perah
induk masing-masing adalah 160 cm dan 135 cm, panjang tempat ransum 95 cm dan
lebarnya 50 cm dengan kedalaman 40 cm, panjang tempat air minum 40 cm, lebar 50
cm dan kedalaman 40 cm dan kemiringan lantai kandang 0,5%. Kandang untuk sapi
dewasa pada umumnya adalah kandang konvensional, sehingga setiap induk akan
memperoleh ruangan dengan ukuran yang sama, panjang 175 cm dan lebar 120 cm
serta dilengkapi tempat makan dan minum, masing-masing ukuran 80×50 cm dan
50×40 cm.
Kandang sapi jantan mempunyai ukuran panjang 1068 cm, lebar
515 cm dan tinggi 293 cm sedangkan tempat pakan mempunyai ukuran panjang 85 cm,
lebar 60 cm dan tinggi 45 cm serta kemiringan kandang 1,2%. Sapi-sapi jantan
memerlukan yang luas dan kuat, selain itu perlu dilengkapi tempat exercise yang
dipagar kuat (Soeparjo, 2004).
Sistem digesti terdiri atas rongga muskular yang dibatasi
oleh membran mukosa yang berlanjut atau berhubungan dengan mulut dan anus.
Fungsi utamanya adalah untuk prehension, mastikasi, digesti dan absorbsi
makanan.Sistem digesti mereduksi komponen makanan menjadi lebih kecil sehingga
dapat diserap vili-vili usus halus. Elemen dari sistem digesti adalah mulut,
faring, esofagus, forestomach, perut kelenjar, usus halus, usus besar,
rektum dan kelenjar aksesoris yaitu kelenjar ludah, hati, pankreas (Frandson,
2002).
Pakan yang masuk ke rumen akan kembali ke mulut yang disebut
regurgitasi untuk dikunyah kembali atau remastikasi, setelah dikunyah akan
kembali ditelan atau remastikasi setelah bercampur dengan saliva kembali atau
yang biasa disebut dengan reinsalivasi. Pakan lalu masuk ke rumen, retikulum,
omasum dan abomasum. Pakan yang tidak tercerna akan dibuang menjadi feses
(Kamal, 2004).
Untuk setiap aktivitas
fisiologik/faali dalam tubuh mahluk hidup, khususnya manusia dan hewan piara,
misalnya aktivitas organ-organ tubuh, proses pertumbuhan, pemeliharaan kondisi
tubuh, proses kerja, proses produksi dan reproduksi, memerlukan sejumlah energi
dan zat makanan pembangun atau zat pemelihara tubuh. Energi dan zat makanan
tersebut hanya diperoleh dari pangan/pakan atau bahan makanan yang dikonsumsi
yang dirombak dan diserap dalam saluran pencernaan, kemudian dimetaboilsme
dalam sel (Affendi, 2002).
Ternak ruminansia
adalah mammalia berkuku genap seperti sapi,kerbau, domba, kambing, rusa, dan
kijang yang merupakan subordo dari ordo Artiodactyla. Nama ruminansia berasal
dari bahasa Latin “ruminare” yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak,
sehingga dalam bahasa Indonesia dikenal dengan hewan memamah biak (Anwar , 2007).
Ruminansia merupakan
ternak masa depan yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia, karena hanya
hewan ini yang mampu dengan baik memanfaatkan bahan yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Hijauan seperti rumput atau limbah pertanian yang
tidak dimakan oleh manusia dapat dikonversikan ke dalam makanan bernilai gizi
tinggi yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Ternak non ruminansia selain kuda
dan kelinci, pada suatu saat akan merupakan saingan manusia, karena pakan
ternak tersebut juga merupakan makanan manusia (Burn, 2004).
Pada hewan berlambung
tunggal, kegiatan pencernaan ini sangat bergantung kepada aktivitas enzim yang
dihasilkan oleh kelenjar eksokrin yang terdapat dalam tubuh hewan tersebut.
Pada beberapa hewan berlambung tunggal tertentu yang termasuk herbivora seperti
kuda dan kelinci, dalam batas tertentu dapat memanfaatkan selulosa karena
dibantu oleh mikroorganisme yang terdapat dalam sekum ( Fibrianto 2008).
Pada ruminansia atau
hewan berlambung jamak yang umumnya pemakan tumbuh-tumbuhan, di samping enzim
yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin dan sel-sel khusus, juga terdapat
sejumlah enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang terdapat dalam rumen,
sehingga kelompok hewan ini mampu memanfaatkan selulosa dengan baik. Sebagian
besar makanannya terdiri atas serat kasar dan saluran pencernaannya panjang dan
lebih kompleks. Pada hewan ini, serat kasar dirombak secara intensif melalui proses fermentasi di dalam rumen oleh
mikroorganisme rumen (Iskandar, 2001).
Ternak
perah adalah ternak yang secara genetik mampu menghasilkan susu melebihi
kebutuhan anaknya, misalnya sapi, kerbau, kambing dan lain-lain.Ternak perah
mempunyai ciri-ciri khusus yang berhubungan langsung dengan produksi susu.
Industri ternak perah didasarkan pada kemampuan hewan mamalia
untuk memproduksi susu melebihi kebutuhan untuk perawatan dan pertumbuhan
anaknya. Kelebihan susu ini dipergunakan untuk konsumsi manusia. Sapi adalah
produser utama susu dunia, yang memproduksi kira-kira 91% dari produksi susu
dunia. Di banyak negara, domba, kambing, dan kerbau merupakan produser susu.
Unta dan rusa kutub juga dipergunakan untuk memproduksi susu. Berabad-abad yang
lalu, sapi dan ternak mamalia lainnya sudah dibibitkan dan diseleksi supaya mampu
memproduksi susu yang banyak (Maher, 2005).
Di
Indonesia ternak perah mulai dikenal pada abad ke-19, yaitu pada masa
pemerintahan kolonial Belanda dengan mendatangkan sapi FH yang merupakan sapi
tipe perah. Sapi perah FH ini kemudian dikeembangkan dengan cara menyilangkan
dengan sapi lokal (sapi Jawa). Hasil persilangan ini didapat bangsa sapi perah
baru yaitu sapi Grati (Peranakan FH). Sapi PFH inilah yang kemudian menyebar ke
seluruh wilayah Indonesia sebagai penghasil susu
(Swenson, 2008).
Susu murni merupakan bahan makanan yang sanagt mudah
terkontaminasi oleh bakteri karena komposisi itu sendiri yang mudah rusak
apalagi dipanaskan pada suhu yang tinggi. Susu yang sudah terkontaminasi jika
dikonsumsi oleh manusia Susu adalah sekresi susu yang praktis
bebas dari kolesterum yang diperoleh dari pemerahan sempurna dari seekor sapi
atau lebih. Susu tidak saja dihasilkan oleh ternak sapi tetapi juga dihasilkan
ternak kambing (Gregorius, 2008).
Susu merupakan bahan
makanan yang bernilai gizi tinggi karena mengandung hampir semua zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh. Susu merupakan bahan pangan yang tersusun oleh
lemak, protein, air, karbohidrat, mineral dan vitamin-vitamin dengan nilai gizi
yang tinggi dan seimbang. Susu merupakan hasil utama dari ternak selain daging
dan telur yang sangat diminati oleh masyarakat dan susu sangat bermamfaat
bagi kebutuhan manusia tetapi juga sangat dibutuhkan oleh anak dari ternak itu
sendiri, karena air susu yang pertama kali keluar dari induk mengandung banyak
sekali anty bodi /kolustrum atau pelindung tubuh anak agar tidak mudah
terserang oleh berbagai penyakit yang bisa menyebabkan ternak itu cacat atau
mati (Wahyu , S, 2006)
Untuk
mendapatkan susu sapi yang baik dan
yang bermutu tinggi
maka perlu dilakukan beberapa langkah pertama pada waktu pemerahan harus
mengetahui kapan ternak itu siap untuk
diperah serta berapa lama pemerahan berlansung kemudian yang kedua pada waktu
pemerahan kita harus mengetahui kebersihan dari tempat pemerahan serta
kebersihan dari ternak yang diperah karena apabila ternak yang diperah tersebut
tidak bersih akan mengganggu kualitas dari air susu tersebut. Susu murni merupakan bahan makanan yang sangat mudah terkontaminasi oleh bakteri karena komposisi itu
sendiri yang mudah rusak apalagi dipanaskan pada suhu yang tinggi. Susu yang
sudah terkontaminasi jika dikonsumsi oleh manusia Sangat
berpengaruh sekali di dalam sistem pencernaan
dan dapat menjadi toksik atau racun bagi tubuh manusia
(Muhammad,
W, 2007).
Ternak
perah adalah ternak yang secara genetik mampu menghasilkan susu melebihi
kebutuhan anaknya, misalnya sapi, kerbau, kambing dan lain-lain.Ternak perah
mempunyai ciri-ciri khusus yang berhubungan langsung dengan produksi susu.
Industri ternak perah didasarkan pada kemampuan hewan
mamalia untuk memproduksi susu melebihi kebutuhan untuk perawatan dan
pertumbuhan anaknya (Steve Bartle,
2006).
Ternak ruminansia
adalah mamalia berkuku genap seperti sapi,kerbau, domba, kambing, rusa, dan
kijang yang merupakan subordo dari ordo Artiodactyla. Nama ruminansia berasal
dari bahasa Latin “ruminare” yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak,
sehingga dalam bahasa Indonesia dikenal dengan hewan memamah biak. Ruminansia
merupakan ternak masa depan yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia,
karena hanya hewan ini yang mampu dengan baik memanfaatkan bahan yang tidak
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Hijauan seperti rumput atau limbah pertanian
yang tidak dimakan oleh manusia dapat dikonversikan ke dalam makanan bernilai
gizi tinggi yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Ternak non ruminansia selain
kuda dan kelinci, pada suatu saat akan merupakan saingan manusia, karena pakan
ternak tersebut juga merupakan makanan manusia (Muhammad, W, 2007).
Pada hewan berlambung
tunggal, kegiatan pencernaan ini sangat bergantung kepada aktivitas enzim yang
dihasilkan oleh kelenjar eksokrin yang terdapat dalam tubuh hewan tersebut.
Pada beberapa hewan berlambung tunggal tertentu yang termasuk herbivora seperti
kuda dan kelinci, dalam batas tertentu dapat memanfaatkan selulosa karena
dibantu oleh mikroorganisme yang terdapat dalam sekum (Steve Bartle, 2006).
Pada ruminansia atau
hewan berlambung jamak yang umumnya pemakan tumbuh-tumbuhan, di samping enzim
yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin dan sel-sel khusus, juga terdapat
sejumlah enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang terdapat dalam rumen,
sehingga kelompok hewan ini mampu memanfaatkan selulosa dengan baik. Sebagian
besar makanannya terdiri atas serat kasar dan saluran pencernaannya panjang dan
lebih kompleks. Pada hewan ini, serat kasar dirombak secara intensif melalui proses fermentasi di dalam rumen oleh
mikroorganisme rumen (Maher, 2005).
Ternak perah mulai dikenal pada abad ke-19 di
Indonesia pada masa pemerintahan kolonial belanda dengan mendatangkan sapi FH
yang merupakan sapi tipe perah. Ternak perah dapat diartikan sebagai ternak
ruminansia yang secara genetic mampu menghasilkan air susu seperti sapi,
kambing dan kerbau. Sapi yang disebarkan keseluruh wilayah Indonesia adalah
sapi FH yaitu hasil persilangan antar sapi perah FH dengan sapi local atau jawa
(Maher, 2005).
Sapi adalah produsen utama air susu dunia yang
mampuh memproduksi ±91% dari
produksi susu dunia. Air susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena mengandung zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh manusia. Air susu merupakan air susu sapi yang tidak
dikurangi ataupun tidak ditambahkan sesuatu apapun yang diperoleh dari hasil
pemerahan (Maher, 2005).
Susu berupa
cairan yang diproduksi oleh kelenjar ambing hewan mamalia betina yang berwarna
putih kekuning-kuningan yang tidak tembus cahaya, mempunyai rasa sedikit manis
(berasal dari laktosa) dan bau yang khas (berasal dari lemak susu), bersih, dan
kosistensinya homogen tanpa ada bentuk gumpalan. Komposisi utama susu terdiri
dari protein, lemak, laktosa, dan mineral. Sebagai bahan pangan, susu dapat
digunakan baik dalam bentuk aslinya sebagai satu kesatuan maupun dari
bagian-bagiannya. Uji susu sangat penting karena dikerjakan untuk menghindari
pemalsuan/sebab-sebab lain yang mengakibatkan susu tidak lagi murni
diketahui/diperoleh susu yang bermutu seperti yang dikehendaki oleh kodex susu (Maher, 2005).
Secara alamiah
susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat
dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan, yang aman dan sehat serta
tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain. Sebagai
bahan makanan/minuman susu mempunyai nilai gizi yang tinggi, karena mengandung
unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh seperti Kalsium, Phosphor, Vitamin
A, Vitamin B dan Riboflavin yang tinggi (Maher, 2005).
Susu merupakan
media pertumbuhan yang sangat baik bagi bakteri dan dapat menjadi sarana
potensial bagi penyebaran bakteri pathogen yang mudah tercemar kapan dan dimana
saja sepanjang penangannya tidak memperhatikan kebersihan. Air susu yg masih
didalam kelenjar susu dapat dikatakan steril tetapi setelah keluar dari
kelenjar susu dapat terjadi kontaminasi, kontaminasi dpt terjadi dimana-mana
misalnya dari payudara lembu, dari tubuh lembu, dari udara, dari alat yang
dipakai untuk menyimpan air susu, dari orang yg melakukan pemerahan (Maher,
2005).
Pemberian pakan ternak sapi
harus diberikan secara kontinu sepanjang waktu, sebab pemberian pakan yang
tidakteratur dapat penimbulkan hambatan pertumbuhan (Aksi Agribisnis Kanisius,
2008).
Abidin (2002), menyatakan
bahwa sapi PFH betina dilahirkan dengan warna bulu putih kecokelatan dan abu
abu. Setelah dewasa warna cokelat berubah jadi hitam gelap, jantan berubah
menjadi hitam putih. Hubungan host dan parasit dapat bersifat simbiosis,
mutualisme, parasitis, dan parasitosis (Bowmans 2009).
Gunawan (2001), mengatakan
bahwa manfaat peternakan sapi perah yang utama adalah sebagai penghasil susu,
serta hasil sampingan dapat berupa pupuk kandang yang dapat dijadikan sebagai
sumber bahan organik bagi lahan pertanian.
Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan sapi yang berasal dari negeri Belanda, yaitu propinsi North Holland dan West Friesland. Sifat karakteristik FH adalah berwarna hitam putih, ada juga yang berwarna merah dan putih, merupakan sapi tipe besar dengan berat dewasa betina 540 sampai 580 kilogram dan sapi jantan mencapai 800 kilogram. Produksi susunya dapat mencapai 12.352 liter perlaktasi selama 300 hari dengan kadar lemak 3,7%, di Indonesia rerata produksi susu berkisar antara 2500 sampai 3000 kilogram perlaktasi (Hardjosubroto, 2004).
Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan sapi yang berasal dari negeri Belanda, yaitu propinsi North Holland dan West Friesland. Sifat karakteristik FH adalah berwarna hitam putih, ada juga yang berwarna merah dan putih, merupakan sapi tipe besar dengan berat dewasa betina 540 sampai 580 kilogram dan sapi jantan mencapai 800 kilogram. Produksi susunya dapat mencapai 12.352 liter perlaktasi selama 300 hari dengan kadar lemak 3,7%, di Indonesia rerata produksi susu berkisar antara 2500 sampai 3000 kilogram perlaktasi (Hardjosubroto, 2004).
Pentingnya kedua sub filum
di atas karena dapat berperan sebagai agen penyebab penyakit at patologis pada
hewan dan manusia, memproduksi racun/substan toksik, berperan sebagai inang
antara untuk protozoa dan helminth, berperan sebagai vektor bagi bakteri,
virus, spirochaeta, ricketsia, chlamydia dan agen penyakit lainnya (Hendrix dan
Robinson 2006).
Kusnadi (2006), berpendapat
bahwa untuk program sanitasi pada pemeliharaan intensif sapi-sapi harus
dikandangkan sehingga memudahkan dalam pengawasannya.
Levine (2000), menyatakan
bahwa kutu dapat menyebabkan hewan tidak bisa tidur (gatal-gatal), kehilangan
berat badan dan produksi berkurang, anemia (bila jumlah terlalu berlebihan
dalam tubuh).
Rasyaf (2004), menyatakan
bahwa air merupakan komponen yang sangat penting untuk metabolisme tubuh,
apabila ternak kekurangan air maka akan erjadi
dehidrasi dan akan berakibat fatal bagi produktivitas ternak.
Reksohadiprojo (2005),
menyatakan bahwa Hijauan adalah bahan pakan utama khusus ternak ruminansia yang
berfungsi sebagai pengenyang, sumber protein, dan karbohidrat, sumber energi,
mineral, dan vitamin. Berdasarkan kondisi fisiologis dan system pencernaannya,
sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses,
yaitu secara mekanis dan mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara
fermentative dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis
setelah melewati rumen.
Soetarno (2000), menyatakan
apabila sapi beranak pertama umur dua sampai tiga tahun dengan jarak beranak 12
bulan, lama laktasi 10 bulan, dewasa produksi atau produksi tertinggi dicapai
pada laktasi keempat atau berumur empat sampai lima tahun setelah produksi
tinggi dicapai, biasanya produksinya menurun secara berangsur setelah 12 tahun
keatas sapi dikeluarkan karena gangguan kesehatan dan reproduksi, kadang sapi
dapat menghasilkan susu sampai umur 15 tahun atau lebih.
Sudono dkk (2004),
mengemukakan bahwa sapi perah yang sedang menyusui ( laktasi ) meemrlukan
makanan tambahan sekitar 25% hijauan dan kosentrat didalam ransum. Hijauan
dapat berupa rumput alam, rumpurt Unggul dan leguminosa.
Sugeng (2001), menyatakan
bahwa lantai kandang yang terbuat dari semen berfungsi untuk memudahkan
peternak dalam membersihkan dan membuang kotoran.
Sugeng (2001), menyatakan
bahwa pakan bagi ternak dapat berfungsi untuk hidup pokok, pertumbuhan dan
reproduksi. Jenis pakan yang yang diberikan serta cara memberikan kunci
keberhasilan usaha sapi perah. Pakan (ransum) yang diberikan merupakan hijauan
dan konsentrat.
Syamsudin (2002),
mengungkapkan bahwa Pemeliharaan yang utama dalah pemberian pakan yang cukup,
berkualitas dan menjaga kebersihan kandang serta memperhatikan kesehatan ternak
yang dipelihara. Untuk pemeliharaan, feses dari ternak ditimbun ditempat lain
supaya terjadi proses fermentasi dan berubah menjadi pupuk organik yang
bermanfaat bagi lahan pertanian, air minum yang bersih harus tersedia secara Ad
libitum dan tempat pakan ternak harus lebih tinggi supaya pakan yang di berikan
tidak tumpah.
Whendrato (2004),
menyatakan bahwa atap monitor berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara di dalam
kandang.
Wiharto (2006), menjelaskan
bahwa upaya untuk pencegahan dan pengobatan panyakit pada sapi perah yang
paling utama adalah sanitasi dan disinfektan karena sanitasi merupakan ujung
tombak yang tidak bisa untuk diabaikan dalam suatu usaha peternakan.
Infestasi caplak menyebabkan
sapi menjadi gelisah, selain itu kadang-kadang caplak juga dapat menyerang manusia
(Williams et al., 2005).
Lalat dapat menyebabkan
miasis, dermatitis, dan infeksi sekunder. Selain sebagai ektoparasit, lalat
merupakan vektor penyakit yang disebabkan oleh virus, riketsia, bakteri, dan protozoa
(Williams et al., 2005).
Kusnadi (2006), berpendapat bahwa untuk program sanitasi
pada pemeliharaan intensif sapi-sapi harus dikandangkan sehingga memudahkan
dalam pengawasannya. Rasyaf (2004), menyatakan bahwa air merupakan komponen
yang sangat penting untuk metabolisme tubuh, apabila ternak kekurangan air maka
akan terjadi dehidrasi dan akan berakibat fatal bagi produktivitas ternak.
Sugeng (2001), menyatakan bahwa lantai kandang yang terbuat dari
semen berfungsi untuk memudahkan peternak dalam membersihkan dan membuang
kotoran.
Lantai strukturnya harus rata, kasar dan tidak
licin supaya sapi tidak uda terpeleset jatuh. Tidak tembus air, cepat kering
dan dapat tahan lama (tiap panjang 1 m turun 1 cm) (Syarief, 2000). Panjang ruangan sapi berdiri diukur sedemikian rupa
sehingga kotoran sapi bisa jatuh tepat ke dalam selokan, bukan di tempat sapi
itu berdiri, sehingga waktu berbaring ambing dan badan sapi itu tetap bersih.
Lantai ruangan yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh pemisah yang dibuat
dari beton, pipa besi atau dinding tembok yang panjangnya dua pertiga dari
panjang ruangannya untuk mencegah saling ganggu mengganggu antar sapi satu
dengan yang lain (Prihadi,2006). Lantai
kandang terbuat dari semen yang dibuat agak kasar, hal ini sesuai dengan pendapat
Sumoprastowo dan Syarif (2005),
yang menyatakan bahwa struktur lantai kandang harus rata, kasar dan
tidak licin, sehingga sapi tidak mudah terpeleset. Sementara itu, menurut Onny (2005) bahwa tempat
pembuangan kotoran (parit) terletak dibagian belakang kedua deret kandang.
Kedalaman parit 20-25 cm dan lebarnya 30-40 cm.
Kemiringan
kandang 20 sesuai dengan pendapat Siregar (2005) yang menyatakan bahwa kemiringan lantai kandang adalah
2 cm tiap satu meter.Penerangan kandang dengan menggunakan lampu neon yang
dinyalakan pada jam 17.00 - 05.00 WIB. Penerangan kandang ini selain untuk
menunjang penerangan sapi perah, juga dapat menghindarkan ternak dari
pencurian. Kandang pedet pada peternakan sapi perah milik Bapak Tampi berupa
kandang kelompok yang terbuat dari kayu dan bambu. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna
mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau
semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan
jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Pakan
ternak perah adalah bahan-bahan yang dapat diberikan kepada ternak perah
sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa menggangu kesehatan, dengan tujuan
selain untuk kelangsungan hidupnya secara normal juga diharapkan dapat mengoptimalkan
produksi (Soetarno, 2004).
Pakan
merupakan salah satu faktor penting di alam usaha peternakan, lebih-lebih
terhadap tinggi rendahnya produksi. Hal ini baru dapat dibuktikan pada sebagian
kelompok sapi perah. Sapi perah akan menjadi penghasil susu yang tinggi apabila
cara pemberian pakan yang baik dilaksanakan. Hal ini bukan berarti jumlah dan
kualitas pakan iniakan mengakibatkan ternak yang berproduksi tinggi tidak bisa
memproduksi susu sesuai dengan kemampuannya bahkan mengganggu kesehatan.
Pemberian zat makanan yang tidak cukup dan membatasi sekresi susu sapi karena
laju sintesisi dan difusi dari berbagai komposisi susu yang berasal dari
makanan yang sifatnya sementara (Murti, 2007).
Menurut Prihadi (2001), bahwa sejumlah sapi yang dipelihara
dalam usaha peternakan masing-masing mempunyai kebutuhan nutrien yang
berbeda-beda, karena perbedaan berat, produksi susu dan kadar lemaknya. Menurut
Tillman (2003), bahwa sapi perah selain diberi pakan hijauan, perlu diberi
pakan berupa konsentrat sebagai pelengkap zat gizi yang tidak diperoleh dari
hijauan. Konsentrat (tidak terminus tambahan protein) merupakan bahan pakan
yang berenergi tinggi dan berserat rendah (< 18%) serta mengandung protein £
20%, konsentrat semacam itu disebut konsentrat sumber energy, apabila
mengandung protein ³ 20% konsentrat seperti itu disebut konsentrat sumber
protein.
Menurut Blakely dan Bade (2008), untuk memberikan energi
sebanyak mungkin, konsentrat digunakan pada tingkat maksimum sebesar 60% dari
ransum dan 40% hijauan, apabila konsentrat > 60% akan terjadi penurunan yang
tajam pada kadar lemak susu. Ransum secara keseluruhan biasanya terdiri dari
60% konsentrat dan 40% hijauan untuk periode awal laktasi. Fungsi utama
konsentrat seperti jagung adalah untuk mensuplai energi tambahan yang
diperlukan untuk produksi susu maksimum yang tidak dapat dipenuhi oleh hijauan
saja. Fungsi kedua konsentrat protein seperti tepung kedelai yaitu untuk
mengatur atau menyesuaikan tingkat protein suatu ransum tersebut.
Pakan untuk ternak sapi perah yang berasal dari hijauan dapat
berupa rumput seperti rumput gajah, kolonjono, dan dapat berupa legum yaitu
sejenis dengan rendeng, lamtoro, daun turi yang merupakan sumber proteinyang
penting, selain itu hijauan dapat berupa daun-daun seperti daun pisang, nangka,
cemara, waru, yang kandungan patinya cukup, sedangkan dari konsentrat dapat
berupa tepung tulang, NaCl, mineral Cu, P. Hewan minum memerlukan air. Hewan
ternak memperoleh air minum dari air yang disediakan dan air yang terkandung
dalam pakan serta air metabolik (Soetarno, 2004).
Menurut penjelasan dari Soetarno (2004) untuk memproduksi 1
Kg susu dibutuhkan 4 sampai 5 Kg air, selanjutnya sapi perah akan mengkonsumsi
air lebih banyak bila diberikan secara bebas. Pakan sapi harus memenuhi hidup
pokok, pertumbuhan fetus dan produksi susu (bagi yang sedang laktasi). Pakan
yang baik harus cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak vitamin, mineral
dan air susu. Defisiensi Ca pada ternak sapi perah menyebabkan milk fever
(demam susu). Komposisi nutrien dan hijauan terdiri dari protein kasar 8,94%,
energi 1,29 Mcal/Kg, mineral yaitu Ca 0,70% dan P 0, 38%. Komposisi konsentrat terdiri
dari 16,15% PK, 1,96% Mcal/Kg energi dan mineral yaitu 0,34% dan P 0,36%.
Pemberian rumput dipotong tidak lebih dari 5 cm, akan tetap
merangsang proses ruminansia, tetapi jika dipotong terlalu pendek akan
mengurangi proses ruminansia dan akan berakibat kembung. Rumput diberikan
sedikit demi sedikit, semakin besar semakin banyak tetapi sebelum 6 bulan tidak
diperkenankan makan rumput lebih dari 5 Kg per hari. Hal ini untuk menghindari
jangan samapai anak sapi perutnya besar tetapi badannya kurus, keadaan in
disebut perut rumput atau patbelly (Tillman, 2003).
Perawatan ini meliputi sanitasi kandang dan sapi itu sendiri,
yaitu dengan membersihkan kandang dari kotoran dan memandikan sapi. Hal ini
bertujuan supaya pedet selalu bersih dan terhindar dari penyakit. Perawatan
lain adalah pemberian pakan, tujuannya supaya pedet dapat tumbuh dengan baik.
Pedet sejak lepas kolostrum sampai disapih, makanan yang dibutuhkan selain susu
atau pengganti susu, pedet yang harus diberikan calf starter (makanan
konsentrat formula untuk pedet), hijauan dan air minum apabila pedet sudah
lahap makan calf starter (Tillman et al., 2003).
Susu diberikan kepada pedet dengan menggunakan ember karena
pedet tidak minum susu secara langsung dari induknya. Menurut Blakely dan Bade
(2008) pedet yang baru lahir hanya diberi kesempatan satu kali saja untuk
menyusu induknya. Konsentrat yang diberikan pada sapi pedet sekitar 2 kg.
Menurut Soetarno (2004), bahwa konsentrat yang diberikan tidak lebih dari 2
kg/ekor /hari agar pedet mau makan rumput sebanyak-banyaknya dan pedet
tidak menjadi gemuk. Konsentrat ini diberikan sebagai bahan makanan tambahan
yang berguna untuk pertumbuhan. Jika pedet hanya diberi hijauan, perumbuhan
pedet akan lambat.
Pedet-pedet yang diberi pakan susu terbatas dan disapih pada
umur 3 sampai 7 tahun harus menerima calf strater yang disukai dan
kualitasnya baik sampai umur 4 bulan. Campuran pakan konsentrat yang biasa
untuk memenuhi kebutuhan pedet muda. Kadar protein kasar calf stater lebih
dari 16% dan mengandung 75% dan diperkuat dengan antibiotik (Prihadi, 2001).
Pemberian pakan untuk pedet dengan menempatkan pedet di
tempat yang kering dan tidak dingin. Harus dapat dipastikan bahwa pedet
menerima kolostrum setidaknya satu hari dan bahkan sebaiknya dua atau tiga hari.
Umumnya lama penyapihan tergantung pada waktu yang diperlukan oleh pedet-pedet
itu untuk perkembangan fungsi rumen dan pemberian makanan
ransum starter sebanyak 0,75 sampai 1 kg per hari (biasanya 6 sampai 8
minggu). Pemberian pakan starter harus disertai dengan menggunakan
jerami berkualitas tinggi mulai dari berumur 7 hari (Blakely dan Bade, 2008).
Sapi dara yang berumur 1 sampai 2 tahun
diberi makan 0,25 kg/hari/ekor dari konsentrat tersebut dan dipelihara pada raughage
yang hanya berkualitas menengah, secara nyata akan meningkat pertumbuhan berat
tubuhnya dan lebih pendek waktu yang diperlukan untuk mencapai dewasa kelamin
(Williamson and Payne, 2003). Konsentrat untuak sapi dara sekitar 3 sampai 4 kg
(Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan, 2003). Umur 4 bulan pakan dapat
diubah dengan konsentrat yang mengandung protein 16%. Umumnya pemberian
konsentrat 4 lbs per ekor per hari dapat menghasilkan pertumbuhan dan
kondisi tubuh yang baik. Umur 10 bulan pakan konsentrat dapat dihentikan apabila
pakan hijauannya mempunyai kualitas yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan
nutrien (Prihadi, 2001).
Sapi yang berumur 1 sampai 2 tahun, rumennya telah berkembang
sehingga ternak tersebut dapat memenuhi kebutuhan energi dan protei dari hay,
silage atau rumput yang berkualitas tinggi. Sapi dara membutuhkan TDN dan
protein, apabila diberi pakan hay, rumput atau silage jagung, harus
diberi tambahan protein dalam ransumnya. Tambahan mineral juga dibutuhkan.
Garam-garam mineral dapat diberikan secara free choice. Ternak yang
makan hay telah tercukupi kebutuhan kalsium, tetapi pospor harus
ditambah. Pakan konsentrat harus diberikan pada sapi dara 2 sampai 3 bulan
sebelum beranak supaya saat beranak dalam kondisi tubuh yang baik. Air harus
selalu tersedia setiap saat (Prihadi, 2001).
Perawatan ini meliputi sanitasi kandang dan sapi itu sendiri,
yaitu dengan membersihkan kandang dari kotoran dan memandikan sapi. Hal ini
bertujuan agar saat pemerahan lemak susu tidak menyerap bau dari kotoran dan
susu yang dihasilkan tidak tercemari oleh kotoran yang melekat pada sapi baik
debu maupun rambut yang rontok. Perawatan lain adalah pemberian pakan,
tujuannya agar produksi tidak turun dengan tajam. Pakan yang diberikan terdiri
dari hijauan (rumput gajah) dan konsentrat. Pemberian hijauan adalah 3% dari berat
badan. Menurut Tillman (20033), pemberian pakan untuk sapi laktasi pada pagi
dan sore dengan berat badan 350 sampai 400 Kg adalah 7,8 sampai 10 Kg berat
kering dan pemberian pakannya harus dalam waktu yang sama.
Perawatan sapi jantan meliputi sanitasi kandang tersebut, dan
dalam segi pakan. Kandang sapi perah jantan harus selalu bersih, supaya sapi
tidak mudah terserang penyakit. Pakan yang diberikan juga harus sesuai dengan
kebutuhan sapi. Manajemen perawatan sapi pejantan yang baik ini dapat
menghasilkan pejantan unggul sehingga dapat dikawinkan dengan betinanya dan
menghasilkan bibit atau anakan yang baik (Kamal, 2004).
Pemeliharaan ternak
sapi, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit, bahkan tidak
jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat adanya
kematian pada ternaknya. Secara umum penyakit hewan adalah segala sesuatu yang
menyebabkan hewan menjadi tidak sehat. Hewan sehat adalah hewan yang tidak
sakit dengan ciri-ciri bebas dari penyakit yang bersifat menular atau tidak
menular; tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan manusia sebagai konsumen;
dan mampu berproduksi secara optimum. Berdasarkan praktikum ini ditemukan
sapi yang terkena penyakit diantaranya mastitis dan diare. Berikut beberapa
jenis penyakit pada sapi perah dan sapi potong serta penanganannya. ( Kamal,
2004).
Mastitis atau radang ambing merupakan penyakit terpenting
pada sapi perah, tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia. Mastitis
merupakan peradangan kelenjar susu yang disertai dengan perubahan fisik,
kimiawi dan mikrobiologi. Secara fisis pada air susu sapi penderita mastitis
klinis terjadi perubahan warna, bau, rasa dan konsistensi. Mastitis dipengaruhi
oleh interaksi 3 faktor yaitu ternak itu sendiri, mikroorganisme penyebab
mastitis dan faktor lingkungan (Murti, 2007).
Menurut para ahli penyebab utama mastitis adalah kuman Streptococcus
agalactiae, Streptococcus dysagalactae, Streptococcus uberis,
Stafilococcus aureus dan Koliform. Faktor lingkungan,
terutama sanitasi dan higienis lingkungan kandang tempat pemeliharaan, posisi
dan keadaan lantai, sistem pembuangan kotoran, sistem pemerahan, iklim, serta
peternak itu sendiri dan alat yang ada. Gejala klinis mastitis nampak adanya
perubahan pada ambing maupun air susu. Misalnya bentuk yang asimetri, bengkak,
ada luka, rasa sakit apabila ambing dipegang, sampai nantinya mengeras tidak
lagi menghasilkan air susu jika sudah terjadi pembentukan jaringan ikat. Air
susu sendiri terjadi perubahan bentuk fisik maupun kimiawi (Frandson, 2002).
Usaha untuk mengatasi mastitis sebaiknya ditekankan pada
usaha pencegahan. Memperhatikan faktor-faktor predisposisi dan melakukan
sanitasi secara teratur dan benar baik terutama terhadap kandang dan
peralatan serta memperhatikan kesehatan pekerja khususnya pemerah. Kebersihan
kandang, kebersihan sapi, jumlah sapi dalam kandang, cara pemberian air susu
pada pedet, metode pemerahan, pemberian desinfektan pada puting setelah
pemerahan merupakan sebagaian masalah yang belum dapat diatasi oleh peternak
kita. Pengobatan dilakukan dengan memperhatikan jenis antibiotika, jumlah yang
digunakan, aplikasinya. Antibiotika ada yang bersifat long acting
maupun jangka pendek, begitu juga cara pemberiannya. Beberapa antibiotika
yang biasa digunakan antara lain Penisilin, Streptomisin, Ampisilin,
kloksasilin, neomisin, oksitetrasiklin, tetrasiklin (Siregar, 2002).
Penyakit diare atau mencret sering terjadi terutama pada
musim penghujan. Penyebab diare antara lain mikroorganisme yang mencemari
kandang, karena kandang kurang bersih, becek, ventilasi kurang baik dan
lain-lainnya. Kadang-kadang pemberian pakan yang tidak teratur dan cacingan
juga menjadi penyebab diare. Cara mengatasinya adalah memperhatikan hal-hal
tersebut di atas. Pengobatan dapat dilakukan secara sementara dengan obat
tradisional misalnya daun jambu biji. Jika mencret terus menerus upayakan
setidaknya ternak mendapatkan minum (tambahkan gula dan garam) sebagai
pengganti cairan tubuh (Siregar, 2002).
BAB
III
METODOLOGI PENGAMATAN
3.1.
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan
praktikumManajemen Ternak Perah pada tanggal 14 sampai dengan 16 April 2014
dari pukul 06.00 sd selesai yang bertempat di Farm Fakultas Peternakan
Universitas Jambi.
3.2. Materi
Adapun
bahan yang digunakan pada
saat praktikum yaitu alat tulis, buku,
diktat praktikum, cangkul, ember, Vaseline dan kain lap.
3.3. Metoda
Adapun metoda yang dilakukan saat
praktikum Management Ternak Perah yaitu tiap kelompok dibagi menjadi dua
bagian. Ada yang melakukan praktikum pagi hari dan sore hari. Kegiatan yang
biasa dilakukan yaitu Membersihkan kandang, membersihkan tempat pakan,
memandikan sapi perah dan melihat pegawai kandang memerah sapi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ternak sapi perah memegang peranan penting dalam penyediaan
gizi bagi masyarakat. Produk utama yang dihasilkan dari ternak sapi perah
adalah susu. Selain itu kualitas susu tergantung dari lingkungan pemerahan.
Pemerahan susu pada sapi perah memiliki prospek yang pelu diperhatiakan sebagai
contoh adalah kebersihan alat, sapi dan lantai kandang. Kandang yang baik
didalam pemeliharaan sapi perah memiliki kemiringan 20 C. memberihkan kandang sapi perah harus sesui
dangan pedoman peternak.
4.1. Kondisi Umum
Sapi perah yang ada di Fapet Farm diantaranya
memiliki ciri-ciri yaitu warana bulu hitam dengan putih disekitar badan, badan
langsing, dan mempunyai tanduk yang melingkar kedepan Hal ini sesuai dengan
pendapat Abidin (2002), menyatakan sapi PFH betina dilahirkan dengan warna bulu
putih kecokelatan dan abu-abu. Setelah dewasa warna cokelat berubah jadi hitam
gelap, jantan berubah menjadi hitam putih.
Pemeliharaan ternak sapi di Fapet
Farm Universitas Jambi bersifat intensif. Ternak sapi tersebut dipelihara
dengan cara ditempatkan pada kandang. Jenis rumput yang diberikan pada ternak
sapi di Fapet Darm adalah rumput Gajah, rumput Raja, dan rumput Alam, pemberian
dengan cara di potong-potong terlebih dahulu sebelum diberikan keternak, guna
pemotongan pakan ini adalah supaya ternak mudah mengkonsumsinya. Pakan yang
diberikan pada ternak sapi yang ada di Fapet Farm ini sebenarnya kurang tepat
untuk menghasilkan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang singkat
(penggemukan), karena hanya terdiri dari satu bahan makanan saja yaitu hijauan,
tanpa adanya pakan penguat seperti konsentrat yang dapat mempercepat proses
penggemukan sapi. Pemberian pakan ternak sapi harus diberikan secara kontinu
sepanjang waktu, sebab pemberian pakan yang tidakteratur dapat menimbulkan
hambatan pertumbuhan. (Aksi Agribisnis Kanisius, 2008).
Sapi perah
ini merupakan sapi yang sangat jinak dikarenakan oleh sapi ini sering diperah
sehingga sapi ini tidak merasa ketakutan apabila berhadapan langsung dengan
manusia akan tetapi sapi perah ini mudah mengalami stres apabila pemelihraannya
tidak sesuai. Apabila ternak mengalami stres maka produksinya turun secara
drastis dan mudah sekali terserang penyakit (Djarijah, 2006).
Setiap bangsa sapi mempunyai kemampuan yang berbeda-beda
dalam hal produksi susu dan kadar lemak susu. Berdasarkan produksi susu (volume
produksi) secara berurutan dari produksi yang paling tinggi sampai yang paling
rendah adalah Fries Hollands, Brown Swiss, Red Polled, Ayrshire, Guernsey, Red
Danish, Jersey, dan Milking Shorthorn. Berdasarkan kadar lemak secara berurutan
dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah yaitu Jersey, Guernsey, Red
Danish, Ayrshire, Brown Swiss, Milking Shorthorn, Red Polled, dan Fries
Hollands, sedangkan untuk jumlah produksi lemak yang dihasilkan secara
berurutan antara lain Fries Holland, Brown Swiss, Jersey, Guernsey, Ayrshire,
Red Danish, Red Polled, dan Milking Shorthorn (Makin, 2011).
Sapi perah asli tropika menurut Murti (2007), terdiri dari
sapi Damaskus, sapi Gir, sapi Ongole, dan sapi Sahiwal. Sapi perah asal
subtropika terdiri dari sapi Friesian Holstein (FH), sapi Jersey, Guernsey,
Ayrshire, dan sapi Brown Swiss. Sapi perah hasil persilangan yaitu sapi
Australian Friesian Sahiwal (AFS), sapi Australian Milking Zebu (AMZ), sapi
Jamaica Hope (JH), dan Karan Swiss. Sapi Damaskus berukuran sedang dengan tubuh
tipis, warna kulit tubuh cerah kemerahan sampai coklat tua, produksi susu
antara 1500 sampai 3000 kg per 200 sampai 300 hari laktasi. Sapi Gir berwarna
putih dengan bintik merah gelap atau coklat merata ditubuh, menghasilkan susu
sebanyak 1200 sampai 1800 kg per laktasi selama 240 sampai 380 hari. Sapi
Ongole dikenal sebagai ternak pekerja namun juga dapat menghasilkan susu sampai
1500 kg per laktasi selama 300 sampai 330 hari. Sapi Sahiwal berwarna merah
pucat kadang ada garis putih, produksi susu antara 1400 sampai 2500 kg per
laktasi.
Sapi Jersey berwarna coklat, susu berwarna kuning karena
kandungan karotennya tinggi serta presentase lemak dan bahan padatnya juga
tinggi. Sapi Guernsey berwarna coklat muda dengan totol-totol putih yang nampak
jelas. Sapi Guernsey produksi susu dengan warna kuning yang mencerminkan kadar
karoten yang tinggi (karoten adalah pembentuk atau prekursor vitamin A). Sapi
Ayrshire memiliki pola warna yang bervariasi dari merah dan putih sampai warna
mahagoni dan putih. Sapi Brown Swiss memiliki warna yang bervariasi mulai dari
coklat muda sampai coklat gelap.Sapi ini dikembangkan untuk tujuan produksi
keju dan daging, serta produksi susunya dalam jumlah besar dengan kandungan
bahan padat dan lemak yang relatif tinggi (Blakely dan Bade, 2008).
4.2. Management Pemeliharaan
Kandang
Kandang pedet diketahui panjang kandang 12,21 m, lebar 4,65
m, tinggi 3 m, panjang tempat pakan 55 cm, lebar 27 cm, dan tinggi 25 cm.
Menurut Soetarno (2004), ukuran kandang individu (pedet ) adalah lebar 100 cm,
panjang 200 cm, dan tinggi 125 cm. Masing-masing diberi rak kecil untuk tempat
pakan denan ukuran lebar 20 cm, panjang 25 cm, dan tinggi 15 cm.
Kandang sapi dara mempunyai ukuran panjang 1050 cm, lebar 780
cm dan tinggi 265 cm sedangkan tempat pakannya mempuyai ukuran panjang 85 cm,
lebar 6 cm dan tinggi 45 cm. Kandang sapi dara dapat menggunakan dengan kandang
laktasi individu. Kandang sapi terdiri dari dua macam yaitu kandang tambat dan
bebas. Kandang tambat yaitu sapi-sapi ditambatkan pada suatu tonggak yang
berada di dalam kandang dan umumnya dilengkapi dengan tempat makan dan minum
serta pembuangan air buangan dan temapt penampungan kotoran. Kandang bebas
yaitu sapi dapat gerak bebas ke tempat istirahat, ke tampat makan dan tempat
pemerahan. Kandang ini terdiri dari beberapa unit yaitu untuk makan, minum,
jalan-jalan, tempat istirahat, tempat penyimpanan bantalan tidur dan tempat
pemerahan (Soeparjo, 2004).
Menurut Siregar (2002), ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran
kandang sapi perah induk adalah panjang dan lebar untuk satu tempat sapi perah
induk masing-masing adalah 160 cm dan 135 cm, panjang tempat ransum 95 cm dan
lebarnya 50 cm dengan kedalaman 40 cm, panjang tempat air minum 40 cm, lebar 50
cm dan kedalaman 40 cm dan kemiringan lantai kandang 0,5%. Kandang untuk sapi
dewasa pada umumnya adalah kandang konvensional, sehingga setiap induk akan
memperoleh ruangan dengan ukuran yang sama, panjang 175 cm dan lebar 120 cm
serta dilengkapi tempat makan dan minum, masing-masing ukuran 80×50 cm dan
50×40 cm.
Kandang sapi jantan mempunyai ukuran panjang 1068 cm, lebar
515 cm dan tinggi 293 cm sedangkan tempat pakan mempunyai ukuran panjang 85 cm,
lebar 60 cm dan tinggi 45 cm serta kemiringan kandang 1,2%. Sapi-sapi jantan
memerlukan yang luas dan kuat, selain itu perlu dilengkapi tempat exercise yang
dipagar kuat (Soeparjo, 2004).
Pada pemeliharaan
secara internsif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara
pemeliharaanya secara pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang
dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan
(ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tingi (19 %) dan produksi
susunya 11 % banyak daripada tanpa naungan . bibit yang sakit segera diobati
karena dan bibit yang menjelang beranak dekeringkandangkan selama 1-2 bulan.
Penimbangan
dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu
seklai sementara sapai dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi
yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan
melakukan teksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada,panjang badan
dan tinggi pundak.
Berdasarkan praktikum, panjang tempat pakan 85 cm, lebar
tempat pakan 60 cm, tinggi tempat pakan 45 cm, panjang kandang 22,56 m, lebar
kandang 5,05 m, tinggi kandang 292 cm. Menurut Soetarno (2003), tinggi kandang
sekurang- kurangnya 225 cm, tinggi wuwungan 100 cm, tinggi tritis minimal 200
cm dari permukaan lantai. Tempat pakan dan minum penjangnya sekitar 1,5 m
(tempat pakan 1 m dan tempat minum 0,5 m) dan lebarnya masing-masing 0,5 m,
tinggi bagian belakang 1 m. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diaktakan
kondisi kandang berada dalam keadaan baik.
Ternak
dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah
kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan
setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat
diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan , sebaiknya lantainya diberi
tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan
hijauan (seminggu sekali tila, tersebut harus dibongkar.
Pembersihan kandang sendiri dilakukan disesuaikan dengan
keadaan musim. Musim penghujan tentu saja air melimpah namun di sisi lain
penyakit juga banyak. Jauh bedanya dengan pembersihan kandang pada musim
kemarau selain factor air sebagai permasalah factor lain juga tak kalah penting
yaitu factor kotoran ternak yang banyak. Kandang harus dibersihkan setiap hari
secara teratur terutama lantai kandang, bak pakan dan bak minum. Sapi perah
yang sedang laktasi memerlukan tingkat kebersihan yang lebih baik agar air susu
yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik pula. Terutama pada waktu akan
mengadakan pemerahan, kandang dan peralatan harus dibersihkan terlebih dahulu
sebab air susu mudah sekali menyerap bau-bauan. Oleh karena itu diperlukan air yang
cukup banyak untuk penyediaan air minum, memandikan sapi, membersihkan kandang,
dan peralatan persusuan (Ginting, 2008).
Kebersihan
lingkungan adalah faktor utama dalam peternakan sapi perah, bahkan pembibtan
(breeding farm) harus bebas dari penyakit hewan menular. Hal tersebut tentunya
untuk menjamin kualitas bibit yang dihasilkan dan mencegah bibit menjadi
carrier dari penyakit tertentu apabila disebarkan ke pengguna bibit (Gunawan, 2001).
Lantai sebagai
tempat berpijak dan berbaring sapi sepanjang waktu harus benar-benar memenuhi
syarat: keras (dalam arti tahan injak), rata, tidak licin, tidak mudah menjadi
lembab. Lantai yang memenuhi syarat akan menjamin kehidupan sehingga proses
fisis biologis seperti memamah-biak, bernafas dan lain sebagainya akan berjalan
dengan normal. Lantai yang rata dan tidak tajam akan membuat sapi dapat berdiri
tegak, berbaring secara bebas, dan nyaman. Lantai yang
kasar atau tajam dapat menimbulkan kulit menjadi lecet sehingga mudah dimasuki
organisme atau kuman ke dalam tubuh sapi (Kusnadi, 2006).
Sebaliknya,
lantai yang licin dapat menyebabkan sapi mudah tergelincir. Lantai yang selalu
lembab dan becek dapat mengganggu pernafasan sapi dan menjadi sarang kuman.
Supaya air mudah mengalir atau kering, lantai kandang harus diupayakan miring.
Kemiringan lantai kandang 2-3 cm.
Kandang ternak
memiliki peranan yang sangat penting didalam usaha pengolahan ternak perah.
Dengan adanya kandang pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan bagi
peternakan sedikitnya dapat denetralisir melalui konstruksi kandang yang tepat. Konstruksi
kandang yang baik tidak akan ada manfaatnya jika kandang tersebut tidak pernah
dibersihkan baik kesehatan ternak maupun kesehatan pengelolaannya (Levine, 2000).
Sudah
disebutkan pula bahwa susu sangat mudah menyerap bau-bauan maupun bahan kimia.
Untuk hal ini lah kebersihan lingkungan sangat diperhatikan, khususnya
kebersiahn kandang. Mengingat pentingnya arti kebersihan kandang terhadap
produksi susu yang dihasilkan, maka kebersihan kandang itu perlu diketahui
koleh mahasiswa peternakan
(Rasyaf, 2004).
Pembersihan
kandang tentunya memiliki peran yang sangat mendasar sebelum pelaksanakan
aktifitas ternak tidak tutup kemungkinan adalah proses pemerahan susu sapi.
Kualitas dan kuantitas hasil dari pemerahan tergantung dari lingkungan kandang
tersebut. Semakin bersih kandang maka hasil dan kualitas tetap terjaga, namun
jika sebaliknya akan menghasilkan susu yang berkulitas jelek dan cepat tercemar (Soetarno, 2000).
Didalam
pembersihan kandang tentunya harus memiliki prospek didalam membersihkan lantai
kandang dalam hal ini hasil dari pembersihan. Didalam praktikum ini factor
utama yang paling utama adalah pembersihan parit kandang (selokan), dinding
kandang, lantai kandang, tempat pakan, tempat minum, dan tempat konsetrat.
Licinnya kandang dan bau adalah factor dari urin dan feses sapi yang dihinggapi
lalat. Kunci utama yang sulit terpisah dari praktikum ini adalah factor
pendukung lainnya seperti sumber air, cangkul, sekop, sapu lidi, sikat, dan
sebagainya (Sugeng,
2001).
Model kandang sapi perah di fapet
farm adalah model kandang terbuka dibangun dengan tujuan agar sirkulasi udara
dalam kandang dapat berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Abidin (2002) bahwa fungsi ventilasi adalah sebagai tempat aliran udara yang
berguna memberikan suplai oksigen untuk kebutuhan pernapasan ternak sekaligus
mengusir karbon dioksida dan ammonia keluar kandang. Atap kandang sapi
perah di Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi terbuat dari asbes yang
berfungsi melindungi sapi dari air hujan dan terik matahari serta menyerap
panas, sedangkan sistem atapnya adalah sistem atap monitor yang berfungsi
menjaga agar keadaan udara di dalam kandang tetap stabil.
4.3 Manajemen
Pemeliharaan
Perawatan
ini meliputi sanitasi kandang dan sapi itu sendiri, yaitu dengan membersihkan
kandang dari kotoran dan memandikan sapi. Hal ini bertujuan agar saat pemerahan
lemak susu tidak menyerap bau dari kotoran dan susu yang dihasilkan tidak
tercemari oleh kotoran yang melekat pada sapi baik debu maupun rambut yang
rontok. Perawatan lain adalah pemberian pakan, tujuannya agar produksi tidak
turun dengan tajam. Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan (rumput gajah)
dan konsentrat. Pemberian hijauan adalah 3% dari berat badan. Menurut Tillman
(20033), pemberian pakan untuk sapi laktasi pada pagi dan sore dengan berat
badan 350 sampai 400 Kg adalah 7,8 sampai 10 Kg berat kering dan pemberian
pakannya harus dalam waktu yang sama.
Perawatan sapi jantan meliputi sanitasi kandang tersebut, dan
dalam segi pakan. Kandang sapi perah jantan harus selalu bersih, supaya sapi
tidak mudah terserang penyakit. Pakan yang diberikan juga harus sesuai dengan
kebutuhan sapi. Manajemen perawatan sapi pejantan yang baik ini dapat
menghasilkan pejantan unggul sehingga dapat dikawinkan dengan betinanya dan
menghasilkan bibit atau anakan yang baik (Kamal, 2004).
Pemeliharaan ternak
sapi, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit, bahkan tidak
jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat adanya
kematian pada ternaknya. Secara umum penyakit hewan adalah segala sesuatu yang
menyebabkan hewan menjadi tidak sehat. Hewan sehat adalah hewan yang tidak
sakit dengan ciri-ciri bebas dari penyakit yang bersifat menular atau tidak
menular; tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan manusia sebagai konsumen;
dan mampu berproduksi secara optimum. Berdasarkan praktikum ini ditemukan
sapi yang terkena penyakit diantaranya mastitis dan diare. Berikut beberapa
jenis penyakit pada sapi perah dan sapi potong serta penanganannya. ( Kamal,
2004).
Mastitis atau radang ambing merupakan penyakit terpenting
pada sapi perah, tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia. Mastitis
merupakan peradangan kelenjar susu yang disertai dengan perubahan fisik,
kimiawi dan mikrobiologi. Secara fisis pada air susu sapi penderita mastitis
klinis terjadi perubahan warna, bau, rasa dan konsistensi. Mastitis dipengaruhi
oleh interaksi 3 faktor yaitu ternak itu sendiri, mikroorganisme penyebab
mastitis dan faktor lingkungan (Murti, 2007).
Menurut para ahli penyebab utama mastitis adalah kuman Streptococcus
agalactiae, Streptococcus dysagalactae, Streptococcus uberis,
Stafilococcus aureus dan Koliform. Faktor lingkungan,
terutama sanitasi dan higienis lingkungan kandang tempat pemeliharaan, posisi
dan keadaan lantai, sistem pembuangan kotoran, sistem pemerahan, iklim, serta
peternak itu sendiri dan alat yang ada. Gejala klinis mastitis nampak adanya
perubahan pada ambing maupun air susu. Misalnya bentuk yang asimetri, bengkak,
ada luka, rasa sakit apabila ambing dipegang, sampai nantinya mengeras tidak
lagi menghasilkan air susu jika sudah terjadi pembentukan jaringan ikat. Air
susu sendiri terjadi perubahan bentuk fisik maupun kimiawi (Frandson, 2002).
Usaha untuk mengatasi mastitis sebaiknya ditekankan pada
usaha pencegahan. Memperhatikan faktor-faktor predisposisi dan melakukan
sanitasi secara teratur dan benar baik terutama terhadap kandang dan
peralatan serta memperhatikan kesehatan pekerja khususnya pemerah. Kebersihan
kandang, kebersihan sapi, jumlah sapi dalam kandang, cara pemberian air susu
pada pedet, metode pemerahan, pemberian desinfektan pada puting setelah
pemerahan merupakan sebagaian masalah yang belum dapat diatasi oleh peternak
kita. Pengobatan dilakukan dengan memperhatikan jenis antibiotika, jumlah yang
digunakan, aplikasinya. Antibiotika ada yang bersifat long acting
maupun jangka pendek, begitu juga cara pemberiannya. Beberapa antibiotika
yang biasa digunakan antara lain Penisilin, Streptomisin, Ampisilin,
kloksasilin, neomisin, oksitetrasiklin, tetrasiklin (Siregar, 2002).
Penyakit diare atau mencret sering terjadi terutama pada
musim penghujan. Penyebab diare antara lain mikroorganisme yang mencemari
kandang, karena kandang kurang bersih, becek, ventilasi kurang baik dan
lain-lainnya. Kadang-kadang pemberian pakan yang tidak teratur dan cacingan
juga menjadi penyebab diare. Cara mengatasinya adalah memperhatikan hal-hal
tersebut di atas. Pengobatan dapat dilakukan secara sementara dengan obat
tradisional misalnya daun jambu biji. Jika mencret terus menerus upayakan
setidaknya ternak mendapatkan minum (tambahkan gula dan garam) sebagai
pengganti cairan tubuh (Siregar, 2002).
4.4. Manajemen Pemberian Pakan
Pemberian pakan ternak sapi
harus diberikan secara kontinu sepanjang waktu, sebab pemberian pakan yang
tidakteratur dapat penimbulkan hambatan pertumbuhan. Pakan sapi terdiri dari hijauan
sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput
gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi dan daun
kacang-kacangan) dan konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan dua kali perhari
pada pagi dan sore hari. Konsentrat diberikan sebelum pemerahan sedangkan rumput
diberikan setelah pemerahan. . Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan
sebanyak 30-50 kg/ekor/hari.
Pemberian pakan pada sapi perah dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu system penggembalaan, system perkandangan atau intensif dan system kombinasi
keduanya. Pemberian jumlah pakan berdasarkan periode sapi seperti anak sapi
sampai sapi dara, periode bunting, periode kering kandang dan laktasi. Pada
anak sapi pemberian konsentrat lebih tinggi daripada rumput. Pakan berupa
rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB)
dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB (Sugeng, 2001).
Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan
tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang
berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan perhari.
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan perhari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian
pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan
kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara intensif
dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi
digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut
jatah (Suwarsono, 2002).
Pakan untuk ternak sapi perah yang berasal dari hijauan dapat
berupa rumput seperti rumput gajah, kolonjono, dan dapat berupa legum yaitu
sejenis dengan rendeng, lamtoro, daun turi yang merupakan sumber proteinyang
penting, selain itu hijauan dapat berupa daun-daun seperti daun pisang, nangka,
cemara, waru, yang kandungan patinya cukup, sedangkan dari konsentrat dapat
berupa tepung tulang, NaCl, mineral Cu, P. Hewan minum memerlukan air. Hewan
ternak memperoleh air minum dari air yang disediakan dan air yang terkandung
dalam pakan serta air metabolik (Soetarno, 2004).
Menurut penjelasan dari Soetarno (2004) untuk memproduksi 1
Kg susu dibutuhkan 4 sampai 5 Kg air, selanjutnya sapi perah akan mengkonsumsi
air lebih banyak bila diberikan secara bebas. Pakan sapi harus memenuhi hidup
pokok, pertumbuhan fetus dan produksi susu (bagi yang sedang laktasi). Pakan
yang baik harus cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak vitamin, mineral
dan air susu. Defisiensi Ca pada ternak sapi perah menyebabkan milk fever
(demam susu). Komposisi nutrien dan hijauan terdiri dari protein kasar 8,94%,
energi 1,29 Mcal/Kg, mineral yaitu Ca 0,70% dan P 0, 38%. Komposisi konsentrat
terdiri dari 16,15% PK, 1,96% Mcal/Kg energi dan mineral yaitu 0,34% dan P
0,36%.
Pemberian rumput dipotong tidak lebih dari 5 cm, akan tetap
merangsang proses ruminansia, tetapi jika dipotong terlalu pendek akan
mengurangi proses ruminansia dan akan berakibat kembung. Rumput diberikan
sedikit demi sedikit, semakin besar semakin banyak tetapi sebelum 6 bulan tidak
diperkenankan makan rumput lebih dari 5 Kg per hari. Hal ini untuk menghindari
jangan samapai anak sapi perutnya besar tetapi badannya kurus, keadaan in
disebut perut rumput atau patbelly (Tillman, 2003).
4.5 Pemerahan
Proses pemerahan ada 3 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan,
dan penyelesaian. Tahap persiapan yaitu disiapkan lingkungan pemerahan yang
bebas dari kondisi yang dapat, menyebabkan stres, pemerahan dilakukan di tempat
yang bersih, beratap, dan berlantai semen lalu ambing dan tangan pemerah harus
dicuci sebelum pemerahan, semua peralatan pemerahan harus disiapkan, apabila
ada sapi yang terkena mastitis harus diperah paling akhir untuk menghindari
penularan pada sapi sehat. Tahap pelaksanaan pemerahan yaitu apabila putingnya silindris
pemerahan dengan 5 jari, apabila membutuhkan pelicin menggunakan vaselin putih,
selama diperah sapi tidak perlu diberi pakan agar sapi tenang, lama pemerahan
diselesaikan dalam waktu 7 menit karena pengaruh sekresi oksitosin sangat
singkat. Tahap penyelesaian pemerahan : setelah pemerahan selesai, ambing dan
lantai dicuci dengan air sampai bersih, dilakukan deeping, susu
ditakar dan dicatat, alat penampung susu harus dibersihkan dengan baik dan
dikeringkan dengan meletakkan posisi terbalik.
Ambing sapi terdiri dari empat bagian. Kulit ambing ditutupi
rambut halus tetapi puting sama sekali tidak tertutup rambut. Tiap bagian itu
dilihat dari segi jaringan kelenjarnya, merupakan kesatuan yang terpisah.
Separuh bagian kanan dan separuh bagian kiri, masing-masing satu kuarter
(seperempat bagian) cranial ambing (depan) dan satu kuarter caudal ambing
(belakang), dan masing-masing bagian tersebut lebih kurang merupakan kesatuan
sendiri-sendiri. Separuh bagian ambing yang satu tidak tergantung pada separuh
bagian ambing yang lain, khususnya dalam hal suplai darah, saraf dan aparatus
suspensoris (Frandson, 2002).
Keluarnya air susu dipengaruhi oleh hormon oxytocin.
Hormon Oxitocin mempengaruhi sel-sel epitel otot (myoepithekium)
dan menyebabakan kontraksi pada sel-sel tersebut. Ambing kencang dan menurunkan
susu (Let Down of Milk) disebabkan oleh kontraksi di atas. Hormon
tersebut dikeluarkan ke dalam peredaran darah apabila ada rangsangan-rangsangan
yang diterima oleh hewan dari petugas perah (Blakely dan Bade, 2008).
Ambing terdiri dari bagian-bagian kecil dari jaringan
sekretorik yang tersusun dari alveoli. Sejumlah alveoli bergabung menjadi satu
oleh satu saluran dan terbungkus oleh jaringan ikat membentuk satu lobulus.
Sejumlah lobulus bergabung menjadi satu membentuk lobus, diantaranya jaringan
sekretorik terdapat jaringan ikat. Jaringan ikat ambing lebih banyak
dibandingkan jaringan sekretorik, ambing tersebut adalah ambing daging, jika
sebaliknya disebut ambing (Prihadi, 2007).
Susu terbentuk dalam alveolus dan jaringan sekretorik akan
dikeluarkan melalui saluran kapiler menuju kedalam lobulus dan selanjutnya
terkumpul dalam lobus. Susu dari lobus melalui saluran-saluran yang akhirnya
bergabung menjadi salurn induk dialirkan menuju sistem ambing yang terdapat di
atas puting. Ujung puting sapi hanya mempunyai satu lubang (Soetarno,
2004).
Ukuran dan bentuk kelenjar susu berbeda-beda dan sangat
dipengaruhi oleh kemampuan produksi, umur ternak, dan faktor genetik yang
diturunkan oleh induknya (Prihadi, 2001). Sapi perah yang produksi susunya
tinggi memiliki sistem mamae yang besar, ambing melekat mantap, putingnya
terletak pada keempat sudut bujur sangkar uniform atau seragam, pembuluh
venanya menonjol karena jumlah darah yang dibutuhkan untuk produksi serta
bentuk dan ukuran putting kurang bagus, (Blakely dan Bade, 2008).
Susu merupakan bahan
makanan yang bernilai gizi tinggi karena mengandung hampir semua zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh. Susu merupakan bahan pangan yang tersusun oleh
lemak, protein, air, karbohidrat, mineral dan vitamin-vitamin dengan nilai gizi
yang tinggi dan seimbang. Susu merupakan hasil utama dari ternak selain daging
dan telur yang sangat diminati oleh masyarakat dan susu sangat bermamfaat
bagi kebutuhan manusia tetapi juga sangat dibutuhkan oleh anak dari ternak itu
sendiri, karena air susu yang pertama kali keluar dari induk mengandung banyak
sekali anty bodi /kolustrum atau pelindung tubuh anak agar tidak mudah
terserang oleh berbagai penyakit yang bisa menyebabkan ternak itu cacat atau
mati (Wahyu , S, 2006).
Untuk
mendapatkan susu sapi yang baik dan
yang bermutu tinggi
maka perlu dilakukan beberapa langkah pertama pada waktu pemerahan
harus mengetahui kapan ternak itu siap
untuk diperah serta berapa lama pemerahan berlansung kemudian yang kedua pada
waktu pemerahan kita harus mengetahui kebersihan dari tempat pemerahan serta
kebersihan dari ternak yang diperah karena apabila ternak yang diperah tersebut
tidak bersih akan mengganggu kualitas dari air susu tersebut. Susu murni merupakan bahan makanan yang sangat mudah terkontaminasi oleh bakteri karena komposisi itu
sendiri yang mudah rusak apalagi dipanaskan pada suhu yang tinggi. Susu yang
sudah terkontaminasi jika dikonsumsi oleh manusia Sangat
berpengaruh sekali di dalam sistem pencernaan
dan dapat menjadi toksik atau racun bagi tubuh manusia
(Muhammad,
W, 2007).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini dapat
disimpulkan bahwa Salah satu cara untuk menjaga kesehatan ternak adalah dengan
mengontrol dan mengatur tata laksana kesehatan ternak, antara lain dengan
pemeriksan kesehatan ternak melalui pengamatan tingkah laku ternak, pemeriksaan
fisik tubuh ternak dan pemeriksaan kondisi fisiologis ternak. Ternak sehat
adalah ternak yang tidak terjadi penyimpangan dari kondisi normalnya. Ciri-ciri
hewan sehat antara lain gerakan aktif, sikapnya sigap, selalu sadar dan tanggap
terhadap perubahan situasi sekitar yang mencurigakan.
5.2. Saran
Setelah
melaksanakan praktikum ini penulis menyarankan agar praktikum selanjutnya lebih
baik lagi dari pada praktikum sebelumnya, selain itu mahasiswa dapat menjaga
kedisiplinan dan menciptakan kerja sama
yang baik terhadap sesama praktikan,
sehingga proses pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan lancar dan baik
DAFTAR PUSTAKA
Abidin.
2002. Pemerahan, Satu Faktor Penentu
Jumlah Air Susu. Swadaya Peternakan Indonesia, (42) 1988: 23-24.
Aksi
Agribisnis Kanisius. 2008. Petunujuk Beternak-Beternak
Sapi Potong, Perah
dan Kerja. Kanisius. Yogyakarta
Affendi. 2002. Beternak Sapi Perah. Penerbit. Kanisus.
Yogyakarta.
Anwar.
2007. Ternak Kambing dan Domba.
Gramedia. Jakarta.
Burn. 2004. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Bath et al. 2005. Ilmu Produksi Ternak.
Fapet.I.P.B. Bogor.
Blakely dan bade. 2008. Cara Beternak Perah. ITB. Bandung.
Djarijah, Abbas S. 2006. Usaha Ternak Sapi. Yogyakarta, Kanisius.
43 hal.
Fibrianto.
2008. Pengantar Peternakan di Daerah
Tropis. Gadjah Madha University Press. Yogyakarta.
Frandson,D.R. 2002. Anatomi
Dan Fisiologi Ternak.
UGM Press. Yogyakarta
Gregorius. 2008. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu.
Andi Offset. Yogyakarta.
Ginting,
Eliezer. 2008. Bimbingan dan Penyuluhan
Usaha Sapi Perah. UGM
Press.
Yogyakarta
Gunawan. 2001. Produksi Ternak Perah. Bumi Aksara. Jakarta.
Iskandar. 2001. Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Kusnadi. 2006. Beternak Sapi Perah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Levine
ND. 2000. Parasitologi Veteriner.
Yogjakarta UGM Press.
Makin. 2011. Pembudidayaan Ternak Perah . Cv.
Yasaguna. Jakarta.
Murti. 2007. Mikrobiologi Pangan . PT. Gramedia Pangan Utama. Jakarta.
Mazer.
2005. Cara Beternak Kambing. ITB.
Bandung.
Soetarno. 2000. Petunjuk Cara-Cara Penggunaan Obat-Obatan Ternak.
Soetarno. 2000. Petunjuk Cara-Cara Penggunaan Obat-Obatan Ternak.
Samarinda, Dinas Peternakan
Kalimantan Timur.
12 hal.
Sugeng. 2001. Sapi Perah Daerah Tropis. Erlangga.Jakarta
Suwarsono. 2002. Kondisi Peternakan Sapi Perah Dan Kualitas
Susu Di Pulau Jawa. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 39-40.
Swenson. 2008. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. UGM Press. Yogyakarta.
UD. Dua Saudara
BalasHapusMenyediakan Berbagai Produk Pupuk Organik Antara lain :
1. Pupuk Hayati Untuk Tanaman/Pohon Agar Tahan Hama dan Berbuah dalam Waktu yang
Singkat serta Hasil Maksimal
2. Pupuk Profish/Suplement Untuk Ikan Pada Tahap Pembesaran tahan terhadap
penyakit
3. Pupuk Unggas (Prochick) Untuk Kekebalan tubuh dan Percepatan Pembesaran
4. Pupuk Untuk Ternak (Profeed) agar hewan ternak memiliki nafsu makan dan
pencernaan yang tinggi sehingga dapat menjadikan Ternak kita Sehat
5. Dekomposer Terbuat dari Kompos Campuran Pupuk Fermentasi
6. Starter De Coco (bakteri)
7. Menjual Starter Bakteri
Segera Hubungi dan Kunjungi Home Industri kami UD. Dua Saudara
Jl.Brawijaya No. 137 - Mentikan - Kec. Prajurit Kulon
Dari Alun-Alun Mojokerto Ke Selatan, Sampai Perempatan Mojopahit Belok Kebarat
700 Meter, Kiri Jalan Pas di Perempatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto
Ke Nomor HP 082240638153
Pin BB 5444aca9
Bagaimana?.. tertarik?.. tunggu apa lagi, silahkan menghubungi kami di alamat
tersebut. Kami siap mengirimkan paket dan menerima pesanan dari dan ke seluruh
wilayah di Indonesia.
www.jualpupukorganik.co.id
Wynn Hotel Casino & Spa - Mapyro
BalasHapusFind your way around 화성 출장안마 the casino, find where 경산 출장안마 everything is located 제천 출장마사지 with the help of data, 영주 출장샵 free online maps, phone 경상북도 출장마사지 numbers and social media.